
Cirebon – Kisah perjuangan Ki Bagus Rangin pada awal 1800-an kembali diangkat dalam pementasan teater monolog di Gedung Kesenian Nyi Mas Rarasantang, Kota Cirebon, Sabtu (9/8) malam.
Pagelaran ini disutradarai Ade Bedul dan dimainkan oleh Sandy Rahmat, hasil kolaborasi sejumlah pelaku seni bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon.
Pertunjukan menggambarkan perjuangan Ki Bagus Rangin memimpin ribuan rakyat yang terdiri dari santri, petani, hingga bangsawan melawan penjajah. Peristiwa bersejarah itu dikenal sebagai Perang Kedongdong.
Panggung sederhana didukung pencahayaan dinamis dan musik pengiring yang mengikuti alur cerita. Latar visual menampilkan suasana hutan serta potret kehidupan masyarakat pada masa penjajahan, memperkuat nuansa dramatik pertunjukan.
Salah satu adegan menampilkan Ki Bagus Rangin bertemu para pejuang untuk menyusun strategi serangan. Pemeran Ki Bagus Rangin menyampaikan dialog yang menegaskan perjuangan itu sebagai pembelaan harga diri bangsa dan kemanusiaan, bukan sekadar urusan politik atau ekonomi.
“Ini bukan soal politik dan ekonomi, tapi harga diri kemanusiaan yang kemerdekaannya diinjak-injak,” ucap Sandy Rahmat dalam perannya sebagai Ki Bagus Rangin.
Suasana pementasan berubah tegang saat diceritakan salah satu rekan Ki Bagus Rangin tertangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh penjajah. Momen ini memicu tekad tokoh utama untuk terus melanjutkan perlawanan.
Menjelang akhir pementasan, pemeran Ki Bagus Rangin berdiri tegak sambil memegang senjata dan menyerukan kalimat “Sekien Isun Wani, Mbesuk Wani, Lan Kapan Bae Wani” yang disambut tepuk tangan panjang penonton.
Sementara itu, Kepala Disbudpar Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan seni. Ia mendorong para pelaku seni dan generasi muda untuk terus berkarya dan menggelar pertunjukan serupa.
“Kami berharap para seniman dan pemuda dapat terus berkreasi,” kata Agus yang hadir dalam pertunjukan teater monolog ini. (BNL)