Cirebon – Aroma ketupat dengan beragam lauk-pauk menyeruak di antara kerumunan. Di halaman Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, suasana Lebaran Ketupat tampak semarak. Tradisi yang digelar setiap tahun, seminggu setelah Idulfitri ini, tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tapi juga surga bagi pencinta kuliner tradisional.

Pagi itu, berbagai hidangan khas sudah tersaji rapi. Ketupat tentu menjadi sajian utama. Bentuknya padat, pulen, dan gurih, menyatu sempurna dengan ragam lauk pendamping yang menggugah selera. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah Jangan Sabrang.

Tak banyak yang tahu, Jangan Sabrang adalah sayur berkuah kecap dengan rasa manis dan sedikit pedas. Di dalamnya terselip potongan cabai hijau dan tempe yang membuat sajian ini makin kaya rasa. Bagi banyak pengunjung, Jangan Sabrang adalah cita rasa masa kecil yang sulit dilupakan.

Selain itu, sambal goreng kentang hadir sebagai pelengkap. Dimasak dengan bumbu khas, hidangan ini membawa rasa pedas dan gurih yang seimbang. Ketika disantap bersama ketupat, rasanya menyatu dalam harmoni yang sederhana tapi memikat.

Tak ketinggalan, opor ayam ikut menyempurnakan sajian. Kuah santannya yang kaya rempah menjadi teman akrab bagi potongan ketupat yang lembut. Banyak pengunjung menyebut kombinasi ini sebagai “paket komplit” lebaran yang tak boleh dilewatkan.

“Salah satu pendamping ketupat yang cukup khas adalah Jangan Sabrang. Rasanya enak,” kata Alif Munandar, seorang alumni pondok yang hadir pagi itu, Senin (7/5/2025). Duduk bersama rekan-rekan lama, ia menikmati ketupat dengan Jangan Sabrang, sambal goreng, dan opor ayam.

Tradisi Lebaran Ketupat ini memang selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Selain menyantap kuliner, para alumni dan masyarakat sekitar berkumpul untuk bersilaturahmi. Setelah menjalani puasa sunah enam hari di bulan Syawal, inilah saatnya mereka melepas rindu dan mempererat hubungan.

“Lebaran Ketupat ini sebenarnya merupakan momen silaturahmi. Di momen ini biasanya alumni-alumni pondok datang, begitu pun masyarakat pada umumnya,” ujar Asyrof, warga sekitar Pondok Pesantren Buntet.

Hingga kini, Lebaran Ketupat tetap hidup di hati masyarakat Buntet. Di balik setiap potong ketupat dan tegur sapa hangat, tersimpan semangat kebersamaan yang diwariskan dari generasi ke generasi.