Cirebon – Sebanyak 12 tumpeng nasi bogana hasil kreasi warga dari 12 RW di Kelurahan Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, diperlombakan dalam rangka memeriahkan Hari Jadi ke-598 Cirebon, Kamis (17/7).

Perlombaan yang digelar di kantor kelurahan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilanjutkan dengan ziarah ke Makam Syekh Maulana Maghribi.

Lurah Pekalipan, Mimin Minarsih, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud partisipasi warga dalam menjaga dan melestarikan tradisi kuliner khas daerah, sekaligus mempererat kebersamaan antarwarga melalui momen peringatan hari jadi kota.

“Hari ini kita adakan lomba nasi bogana. Setelah selesai, nasi bogana kita arak menuju Makam Syekh Maulana Maghribi untuk tahlil bersama. Setelah itu, kita lanjutkan dengan botram atau makan bersama,” ujar Mimin.

Selain lomba nasi bogana, pihak kelurahan juga menggelar berbagai kegiatan lainnya, seperti pertunjukan kesenian tradisional dan bazar UMKM. “Pertunjukan seni menampilkan tarian tradisional khas Cirebon, seperti Tari Topeng. Sementara untuk bazar UMKM, digelar selama tiga hari dan melibatkan pelaku usaha dari warga Kelurahan Pekalipan sendiri,” tambahnya.

Sebagai salah satu juri dalam lomba tersebut, Analis Ketahanan Pangan dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Kota Cirebon, Wati, menyebutkan bahwa nasi bogana merupakan kuliner khas Cirebon yang sarat akan nilai tradisi. Ia menuturkan bahwa makanan ini dulunya merupakan sajian istimewa di lingkungan Keraton Cirebon.

“Yang khas dari nasi bogana ini adalah tahu dan tempe yang dimasak dengan bumbu kuning serta parutan kelapa. Biasanya dilengkapi dengan lauk lain seperti ayam goreng, telur rebus, sambal goreng, dan sayur-sayuran,” kata Wati.

Dalam perlombaan tersebut, Wati menjelaskan bahwa ada lima aspek penilaian yang menjadi perhatian para juri. “Pertama dari sisi plating atau penyajian, kedua keaslian unsur bogana itu sendiri, ketiga penggunaan bahan pangan lokal, keempat kandungan nutrisi, dan kelima tentu saja dari rasanya,” terangnya.

Menurut Wati, seluruh nasi bogana yang dilombakan tahun ini menunjukkan kualitas penyajian yang baik. “Total ada 12 tumpeng dari 12 RW, dan semuanya bagus-bagus, terutama dari sisi tampilan,” ujarnya.

Usai perlombaan, seluruh tumpeng nasi bogana dibawa dalam iring-iringan menuju Makam Syekh Maulana Maghribi. Warga yang ikut serta mengenakan pakaian adat.

Diiringi musik gembyung, mereka berjalan bersama ke kompleks makam dan melaksanakan tahlilan. Kegiatan kemudian ditutup dengan santap bersama nasi bogana yang telah disiapkan warga. (BNL)