
Cirebon – Seminggu setelah gema takbir Idulfitri mulai mereda, Pondok Pesantren Buntet di Cirebon kembali dipenuhi banyak orang. Masyarakat dari berbagai daerah berdatangan untuk mengikuti sebuah tradisi yang telah berlangsung turun-temurun, yaitu Lebaran Ketupat.
Tradisi ini diselenggarakan tepat setelah umat Muslim menyelesaikan puasa sunah enam hari di bulan Syawal. Lebaran Ketupat di Buntet bukan sekadar pesta makanan, melainkan momen penting yang merekatkan kembali jalinan silaturahmi antara santri, alumni, masyarakat sekitar, dan para kiai.
Sejak pagi hari, suasana Pondok Pesantren Buntet sudah tampak sibuk. Para tamu berdatangan silih berganti, membawa senyum dan harapan untuk berjumpa dengan sahabat lama serta para guru yang dulu pernah mendidik mereka.
“Setiap tahun saya selalu datang untuk bersilaturahmi dengan para kiai,” ujar Alim, salah seorang alumni Pondok Pesantren Buntet Cirebon, Senin (7/5/2025).
Keramaian di Buntet bukan hanya diwarnai oleh pertemuan hangat antarwarga, tetapi juga oleh aroma menggoda dari berbagai hidangan yang disajikan. Ketupat, opor ayam, sambal goreng ati, dan beragam lauk pauk lainnya disantap secara berjamaah. Semua orang duduk bersama tanpa sekat, menikmati sajian dalam suasana penuh keakraban.
Hidangan ini bukan hanya makanan, melainkan simbol dari kebersamaan. Di sisi lain, pasar dadakan yang muncul di sekitar pondok menambah semarak suasana. Deretan tenda menjajakan aneka makanan, minuman hingga mainan anak-anak.
Lebaran Ketupat di Buntet lebih dari sekadar rutinitas tahunan. Ia adalah peristiwa budaya dan spiritual yang menyatukan berbagai lapisan masyarakat dalam bingkai tradisi dan kebersamaan.
Dengan suasana yang hangat dan nilai-nilai luhur yang terus dijaga, tradisi Lebaran Ketupat di Pondok Pesantren Buntet Cirebon menjadi warisan yang tak hanya dirayakan, tapi juga dirawat oleh generasi ke generasi.